The Future Is...Ours

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (Surah Ar-Ra'd: 11)

Bila Lagi Akhi?




naiktanggabaitulmuslimcopy 300x225 Bila Lagi Akhi?
Bila Lagi Akhi?

|Suatu hari, Rasulullah saw bertemu dengan ‘Ukaf bin Wada’ah Al-Hilali. Baginda bertanyakan perihal ‘Ukaf yang belum bernikah.
Baginda bersabda, “Apakah engkau telah beristeri wahai ‘Ukaf?”
“Belum,” jawab ‘Ukaf
“Tidakkah engkau punyai hamba perempuan?” tanya baginda.
“Tidak,” jawab ‘Ukaf.
“Bukankah engkau sihat lagi berkemampuan?” tanya baginda lagi.
“Ya, alhamdulillah,” jawab ‘Ukaf.
Maka, sabda baginda,
“Kalau begitu, engkau termasuk teman syaitan. Kerana engkau mungkin termasuk pendeta Nasrani, lantaran itu engkau termasuk golongan mereka. Atau mungkin engkau termasuk golongan kami, lantaran itu hendaklah engkau berbuat seperti kebiasaan kami, kerana kebiasaan kami adalah beristeri. Orang yang paling derhaka dikalangan kalian ialah yang membujang, dan orang mati yang paling hina dikalangan kalian ialah kematian bujang. Sungguh celaka kamu wahai ‘Ukaf. Oleh itu menikahlah!
Lalu jawab ‘Ukaf, “Wahai Rasulullah, aku tidak akan mahu menikah sebelum engkau menikahkan aku dengan orang yang engkau sukai.”
Baginda bersabda, “Kalau begitu, dengan nama Allah dan berkah-Nya, aku nikahkan engkau dengan Kultsum Al-Khumairi.”
Menarik sekali kisah yang diriwayatkan oleh Ibnu Atsir dan Ibnu Hajar ini! Selain Nabi saw menyeru ummatnya supaya segera bernikah, bagi para ikhwah, disana terdapat beberapa ibrah yang wajar kita renungi.
Jika kita meletakkan posisi Rasulullah saw sebagai murobbi manakala ‘Ukaf sebagai mutarobbinya:
1. Dapat kita lihat betapa sensitifnya Rasul saw terhadap keperluan mutarobbinya, ‘Ukaf. Rasul saw sedar bahawasanya ‘Ukaf telah sedia
untuk bernikah dan Rasulullah sendiri memulakan approach dan disambut dengan respon yang baik oleh ‘Ukaf.
2. Dari sudut pandang ‘Ukaf pula; sebagai mutarobbi, ‘Ukaf amat tsiqoh dengan murobbinya dalam perihal pernikahan ini. Dia menyerahkan bulat-bulat urusan pernikahannya kepada Rasul saw daripada pencarian jodoh sehinggalah kepada menjadi wali kepada pernikahannya. Subhanallah, inilah kualiti mutarobbi yang seharusnya kita punyai.
Refleksi Diri
Bagaimana kita wahai ikhwah dan akhowat yang dikasihi?
Jika kita adalah murobbi/murobbiah, adakah kita peka dengan keperluan mutarobbi kita terutama dalam hal baitul muslim? Atau kita sebolehnya cuba mengelak untuk memperkata tentang baitul muslim sedang kita belum sampai di situ?
Jika kita sebagai mutarobbi, adakah kita sedia menyerahkan urusan baitul muslim kita sepenuhnya kepada murobbi kita? Terutama dalam urusan pencarian jodoh… Ada mutarobbi yang dah lama tarbiyyah, tapi bila tiba urusan bernikah, lebih utamakan calon pilihan sendiri, ex-schoolmate, kawan lama dan sebagainya lantas meninggalkan akhowat yang sama berjuang dengan kita.
Contohi Rasulullah dan para sahabat! =)

Terus terusik.


Alhamdulillah, masih lagi diberikan kenikmatan Imaan dan Islam. Selagi mana kita mampu bernafas, selagi itu lah hati-hati yang tahu mengingati Sang Pencipta ini, terus memanjat syukur kepada Rabbnya. Alhamdulillah. Selawat juga atas junjungan besar kita Rasulullah SAW merangkap kekasih ALLAH Azza wa Jazalla.

Hari ini, perancangannya agak lain sikit. Bertuah. Sangat bertuah malam ini. Khamis malam Jumaat. Surah Al-Kahfi sudah dibaca. Ibarat kita membalas kalam CintaNya yang diberi kepada kita. Tapi sejauh manakah kita memberi respons dan ibrah daripada kalam CintaNya itu. Renungkanlah. Jikalau tidak, malam aku  hari ini tidak seperti hari lain. Sibuk dengan urusan duniawi. Mencari pengalaman, dan terus berdikari dengan bekerja. Harap harap terus dimanfaatkan sehingga berakhirnya fajar hari Jumaat esok hari. Terus berjuang! 

Aku menulis sebenarnya, bukan sebagai seorang pencerita cerita dongeng, pengarang buku novel, majalah atau artikel atau hanya untuk mendapatkan 'honor' pada nama atau dsb. Tapi, hanya sebagai satu hobi. Hobi yang mengharapkan apabila hati-hati manusia yang membaca, tertarik kepada Tuhan, sang Khaliq kita. Walaupun tak lah seberat tulisan, nukilan ulama dengan potongan hadis dan ayat Quran, tapi andaikata ini adalah cara terbaharu untuk remaja sebagai satu dakwah itu sudah memadai. Juga, apa yang menjadi harapan aku adalah, pahala untuk si penulis, pembaca dan pengamal. Kan triple pahala kepada yang penulis tu. Senanglah sikit apabila di akhirat nanti ditanya, "Wahai Aidil, apakah sumbanganmu untuk agamaku?" "Melalui pena, yang mana dapat menghiburkan dan mengajak mereka kembali mengingatimu dan amal agamamu" jawabku. Sebenarnya, diriku tertarik akan tulisan bergambar dibawah ni masa jalan2 kat facebook. Cinta Selepas Nikah fanpage.



Hmm, tertarik pulak. tapi malas nak fikir. Kbai.

p/s: dah fikir dah. senyuman melebar nih. biarlah ia terus jadi rahsia aku dan ALLAH. (sebenarnya, malas taip =_=')

Papa, I need YOU.


A man came home from work late, tired and irritated, to find his 5-year old son waiting for him at the door.

SON: ‘Daddy, may I ask you a question?’

DAD: ‘Yeah sure, what it is?’ replied the man.

SON: ‘Daddy, how much do you make an hour?’

DAD: ‘That’s none of your business. Why do you ask such a thing?’ the man said angrily.

SON: ‘I just want to know. Please tell me, how much do you make an hour?’

DAD: ‘If you must know, I make $50 an hour.’

SON: ‘Oh,’ the little boy replied, with his head down.

SON: ‘Daddy, may I please borrow $25?’

The father was furious, ‘If the only reason you asked that is so you can borrow some money to buy a silly toy or some other nonsense, then you march yourself straight to your room and go to bed. Think about why you are being so selfish. I don’t work hard everyday for such childish frivolities.’

The little boy quietly went to his room and shut the door.

The man sat down and started to get even angrier about the little boy’s questions. How dare he ask such questions only to get some money?

After about an hour or so, the man had calmed down, and started to think:

Maybe there was something he really needed to buy with that $25.00 and he really didn’t ask for money very often The man went to the door of the little boy’s room and opened the door.

‘Are you asleep, son?’ He asked.

‘No daddy, I’m awake,’ replied the boy.

‘I’ve been thinking, maybe I was too hard on you earlier’ said the man. ‘It’s been a long day and I took out my aggravation on you. Here’s the $25 you asked for.’

The little boy sat straight up, smiling. ‘Oh, thank you daddy!’ he yelled. Then, reaching under his pillow he pulled out some crumpled up bills.

The man saw that the boy already had money, started to get angry again.

The little boy slowly counted out his money, and then looked up at his father.

‘Why do you want more money if you already have some?’ the father grumbled.

‘Because I didn’t have enough, but now I do,’ the little boy replied.

‘Daddy, I have $50 now. Can I buy an hour of your time? Please come home early tomorrow. I would like to have dinner with you.’

The father was crushed. He put his arms around his little son, and he begged for his forgiveness.
It's just a short reminder to all of you working so hard in life. We should not let time slip through our fingers without having spent some time with those who really matter to us, those close to our hearts.

Do remember to share that worth of your time with someone you love. If we die tomorrow, the company that we are working for could easily replace us in a matter of hours... But the family & friends we leave behind will feel the loss for the rest of their lives.
A man came home from work late, tired and irritated, to find his 5-year old son waiting for him at the door.
SON: ‘Daddy, may I ask you a question?’
DAD: ‘Yeah sure, what it is?’ replied the man.

SON: ‘Daddy, how much do you make an hour?’

DAD: ‘That’s none of your business. Why do you ask such a thing?’ the man said angrily.

SON: ‘I just want to know. Please tell me, how much do you make an hour?’

DAD: ‘If you must know, I make $50 an hour.’

SON: ‘Oh,’ the little boy replied, with his head down.

SON: ‘Daddy, may I please borrow $25?’

The father was furious, ‘If the only reason you asked that is so you can borrow some money to buy a silly toy or some other nonsense, then you march yourself straight to your room and go to bed. Think about why you are being so selfish. I don’t work hard everyday for such childish frivolities.’

The little boy quietly went to his room and shut the door.

The man sat down and started to get even angrier about the little boy’s questions. How dare he ask such questions only to get some money?

After about an hour or so, the man had calmed down, and started to think:

Maybe there was something he really needed to buy with that $25.00 and he really didn’t ask for money very often The man went to the door of the little boy’s room and opened the door.

‘Are you asleep, son?’ He asked.

‘No daddy, I’m awake,’ replied the boy.

‘I’ve been thinking, maybe I was too hard on you earlier’ said the man. ‘It’s been a long day and I took out my aggravation on you. Here’s the $25 you asked for.’

The little boy sat straight up, smiling. ‘Oh, thank you daddy!’ he yelled. Then, reaching under his pillow he pulled out some crumpled up bills.

The man saw that the boy already had money, started to get angry again.

The little boy slowly counted out his money, and then looked up at his father.

‘Why do you want more money if you already have some?’ the father grumbled.

‘Because I didn’t have enough, but now I do,’ the little boy replied.

‘Daddy, I have $50 now. Can I buy an hour of your time? Please come home early tomorrow. I would like to have dinner with you.’

The father was crushed. He put his arms around his little son, and he begged for his forgiveness.
It's just a short reminder to all of you working so hard in life. We should not let time slip through our fingers without having spent some time with those who really matter to us, those close to our hearts.

Do remember to share that worth of your time with someone you love. If we die tomorrow, the company that we are working for could easily replace us in a matter of hours... But the family & friends we leave behind will feel the loss for the rest of their lives.

p/s: When you feel, your doing is great and always full of kindness and nobleness, there is always an empty space you leave behind. It is a 'love' space. Although you have 'love work'. =)

Hilang itu.



Perubahan itu boleh berlaku kepada seseorang yang ingin berubah dan sukakan perubahan. Tapi tak semua boleh terima perubahan itu dengan sewajarnya dan sepatutnya. Ia bersifat halus sebab arus perubahan itu sendiri yang seolah-olah tipis dan seakan-akan hilang. Semenjak aku bertaaruf dengan ramai kenalan, terasa hidup ini tak sunyi. Rasa lebih terisi. Tak lah sependiam dulu. Walaupun sekarang hal itu tak lah semakin ketara. Tapi adalah jugak masa.

Meluangkan masa bersama dengan orang kita suka cukup berlainan dengan meluangkan masa bersama orang kita suka secara biasa. Yelah, bukan selalu. Apatah lagi berhadapan. Lebih lagi apabila dah cukup lama tahu apa nama, rupa, wataknya, cuma belum pernah bergaul dengannya lagi.(secara mendalam) Ia cukup kekok untuk ditafsirkan. Sinaran bahagia mesti dan wajib terpancar dan terbit di wajah seseorang itu. Walaupun hakikatnya, dia tak boleh dimiliki lagi sebab dia bakal dipunyai. Indah perasaan itu. Hanya Allah yang tahu, betapa suka dan gembira kita. Melihat dia bergurau senda, senyum ketawa, berkata-kata, cara pergerakannya waktu pertemuan itu. Indah. Seolah-olah kita berada dengan bidadari impian kita.

Yang lebih terindah lagi, matanya juga turut serta tersenyum kepada kita dengan seikhlasnya diikuti dengan senyuman tiga yang cukup, cukup mempersonakan. Oh, cantiknya, ayunya. Allah, maha hebat sungguh ciptaanMu. Tapi lebih cantik orang yang ada agama dan mengamalkannya daripada rupanya yang tiada. Itu baru sikit. Kata orang, nak lihat cara sebenar perwatakannya selepas kita diijab Kabul dengan si dia, adalah lihat cara pergaulannya dengan buah hatinya iaitu orang tuanya. Sikap yang sama pasti akan turut diaplikasikan kepada kita. Gambar anak dengan ibu. Cukup mempersona. Tak jemu memandang. Seolah-olah, terpancar cahaya nur daripada muka-muka mereka. Bukan saja cahaya nur, tapi sifat keibuan yang cukup ketara terpancar di raut wajah.

Betul lah. Kalau nak cari pasangan hidup, bagi lelaki, jangan hanya tahu cari untuk sebagai isteri semata, tapi carilah untuk ibu kepada anak-anak kita. Kepada wanita, nilai lah cara seorang lelaki itu melayan seorang ibunya. Lagi hormat, sopan dia terhadap ibunya, sehormat itulah, dan sesopan itulah dia akan melayan kamu menjadi permaisuri hatinya. Sweet, kan? Lagi, sifat kepimpinan dia. Jangan hanya tahu menilai kata-kata manisnya sahaja. Taatnya dia kepada perintah tuhanNya. Itulah perkara utama yang perlu dinilai.

Mudahan saat itu akan berulang lagi, walaupun ia memerlukan satu tempoh yang lama untuk berulang kembali. Aku cukup bahagia. Tak sangka kan, soal hati ni, sangat mudah berbolak-balik. Mudahan kita ditetapkan hati dalam hal sebegini dan juga hal lain yang berkaitan. Teringat kata-kata seorang sahabat sendiri, 
“Bertuah siapa yang dapat memiliki dia. Perempuan sebegitu jarang muncul pada momen akhir zaman ini.”

Ia ibarat satu dalam setrilion. =)

Jangan tinggalkan orang yang kita sayang kerana orang yang kita suka.